Jumat, 07 Agustus 2020

Inspektur Polisi Tk II Djohan Soeparno Komandan Pasukan Polisi Pelajar Pertempuran Yogyakarta


Di SPN Ambarukmo terdapat sebuah pasukan yang diberi nama Pasukan Polisi Pelajar Pertempuran atau yang sering disebut dengan MBB DKN P3 (Mobile Brigade Besar Djawatan Kepolisian Negara Polisi Pelajar Pertempuran) atau yang sering disebut dengan P3, yang merupakan sebuah kompi dari pasukan Mobile Brigade yang anggotanya mayoritas pelajar yang sedang menempuh pendidikan di Sekolah Polisi Negara (SPN) Ambarukmo. SPN Ambarukmo sebenarnya adalah rumah peristirahatan Sri Sultan Hamengkubuwono IX yang beliau persilahkan untuk dijadikan tempat pendidikan Polisi setelah SPN Mertoyudan di Magelang terusik Agresi Militer Belanda I yang dilancarkan pada 21 Juli 1947. Sejak itu, Sekolah Polisi ini pun harus berpindah dari satu daerah ke daerah lain dan para siswanya sudah dikirim ke berbagai kesatuan lain untuk ikut gerilya. SPN Mertoyudan adalah lembaga pendidikan polisi pertama yang didirikan pemerintah RI ketika belum setahun merdeka. SPN Mertoyudan ini resmi berdiri pada 17 Juni 1946, yang peresmiannya langsung dihadiri Perdana Menteri Sutan Sjahrir dan SPN Mertoyudan jadi pusat pendidikan Polisi RI era kemerdekaan.
Pasukan Polisi Pelajar Pertempuran merupakan anggota korps Mobile Brigade yang masih menempuh pendidikan. Mereka diasramakan agar tidak mudah terpengaruh oleh dunia luar, terjaga kesehatanya, terjaga kedisiplinanya, terjaga moralnya dan mudah digerakkan secara cepat, serta agar terjadi kekompakkan dan persatuan antar anggota P3. Senjata yang mereka gunakan seperti halnya yang digunakan oleh pasukan Mobile Brigade misalnya karabin, mitraliur. pistol, dan lain sebagainya, Pasukan P3 ini dipimpin oleh Inspektur Polisi Tk II Djohan Soeparno.
Setelah Belanda menyerang Maguwo, markas dari Pasukan P3 ini bergeser dari Ambarukmo ke Banjardadap, kemudian bergeser lagi ke Gunung Indrokilo, dan akhirnya bermarkas di rumah Hadirowi di Desa Banyakan. Kompi P3 ini selain bermarkas di Banyakan juga tersebar di Segoroyoso 1 regu, di Gunung Indrokilo 1 regu, di Gunung Watugender 1 regu, di desa Pamota-Jlamprang Kal. Jambidan 1 regu, di Ngablak Kal. Situmulyo 1 regu.
Pada pukul 06:30 pagi tanggal 19 Desember 1948, pesawat-pesawat terbang musuh telah ramai di atas kota Yogyakarta. Di Kota Yogyakarta hanya ada beberapa pasukan yang menghambat laju Belanda yang ingin memasuki kota Yogyakarta. Penghambatan laju musuh tersebut bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada para petinggi di Gedung Agung untuk melakukan rapat guna memutuskan langkah yang akan ditempuh. Melihat adanya pasukan Belanda, pasukan Polisi Ambarukmo segera terjun langsung melakukan penghambatan di Ambarukmo dan menyebar ke selatan yaitu ke Gedong Kuning. Pasukan Belanda mendapat hambatan yang cukup merepotkan dari pasukan Polisi Pelajar Pertempuran. Mestinya jarak Maguwo-Yogya bisa ditempuh hanya dalam setengah jam saja, tapi pada saat itu Belanda berhasil menduduki kota pada pukul 16:00 WIB. Gerakan pasukan P3 hanya bersifat menghambat sesuai dengan instruksi Pangsar Jendral Soedirman.
Untuk menghemat amunisi dan jumlah personil serta berpegangan kepada Perintah Siasat dan perintah kilat Pangsar Jendral Soedirman maka seluruh kesatuan menuju kawasan pegunungan dan pedesaan di luar kota Yogyakarta. Untuk itu, sebagian pasukan P3 bergerak menuju Godean dari Ambarukmo mundur kearah Kaliurang melewati Turi kemudian melewati Jalan Magelang dan berakhir di Gamping dan Demakijo Sleman. Sedangkan sebagian lagi mundur ke arah markas yang telah dipilih yaitu kawasan sekitar Kali Opak Bantul. Sebelumnya sebagian Pasukan P3 bermarkas di Banjardadap kemudian pindah ke Gunung Indrokilo dan pada akhirnya bermarkas di Desa Banyakan. Setelah melakukan pengunduran diri dari Ambarukmo ke Godean pasukan P3 melanjutkan gerakkanya menuju selatan Bantul terus ke Ganjuran-Imogiri-Karangsemut, untuk bergabung dengan Pasukan P3 yang telah bermarkas di Banyakan.
Serangan balasan dilakukan sejak tanggal 29 Desember 1949, 9 Januari 1949, 4 Februari 1949 dan serangan kucing-kucingan tiap malam oleh pasukan gerilyawan dikenal dengan nama pasukan Hantu Maut. Pasukan P3 juga mempunyai pasukan hantu maut yang beroperasi di jalur Kotagede hingga Pleret. Untuk mempermudah hubungan markas komando dengan medan sebelah barat dalam rangka persiapan Serangan Umum 1 Maret 1949, maka pada tanggal 29 Februari 1949 Markas Komando Wehrkreise dipindahkan dari Segoroyoso ke Bibis, Kelurahan Bangunjiwo Kabupaten Bantul. Semenjak Markas Komando Wehrkreise dipindah ke Bibis daerah Pleret-Kotagede menjadi daerah kekuasaan Pasukan Polisi Pelajar Pertempuran (P3). Pasukan P3 sering melakukan serangan terhadap tangsi-tangsi Belanda dan mencegah pembersihan yang dilakukan oleh Belanda di beberapa wilayah di sekitar Bantul.
Pada saat Serangan Umum 1 Maret 1949, Pasukan P3 dibagi menjadi tiga kelompok yaitu, Seksi II AP. Kairun yang langsung dipimpin oleh Wakil Pemimpin P3 M. Tari yang bertugas untuk menyerang Pos Belanda yang berada di sebelah timur pojok Benteng Wetan. Seksi AP. Supardal mendapat tugas ke Karangkajen dan sebagian memperkuat pasukan yang ada di Pojok Benteng Wetan. Seksi AP. Sukidjo (Seksi Senjata Berat) mendapat tugas ke Pleret. Sesuai dengan instruksi dari Mayor Sardjono, Insp Pol Tk II DJohan Soeparno pada tanggal 28 Februari 1949 mengadakan briefing atau pengarahan kepada semua pasukanya. Briefing dilaksanakan pada pukul 16:00 di Markas Besar Banyakan. Pasukan yang bertugas dalam Serangan Umum 1 Maret diwajibkan untuk menggunakan janur kuning. Hal tersebut digunakan untuk membedakan antara lawan dan kawan. Setelah semua persiapan dan pengarahan selesai pasukan P3 mulai berangkat menuju sasaran masing-masing.
Pada pukul 22:00 tanggal 28 Februari 1949 pasukan AP Sukidjo mulai mendekati Daerah Pleret untuk melakukan serangan. Tanda dimulainya serangan yaitu dengan letusan pistol oleh Komandan Insp Pol Tk II Djohan Soeparno. Ketika mulai terdengar suara pistol mulailah dilakukan serangan di Pleret. Pasukan Belanda terkejut dengan serangan dari Pasukan P3. Pasukan Belanda yang saat itu kurang persiapan dan terkejut tidak dapat melakukan serangan balasan kepada Pasukan Polisi Pelajar Pertempuran. Akibatnya, pasukan Belanda terusir dan di mundur ke daerah Kota Gede. Selain daerah Pleret posko Belanda yang terdapat di Barongan juga dapat direbut oleh pasukan Polisi Pelajar Pertempuran. Setelah mundur dari Pleret menuju Kota Gede, pasukan Belanda kembali dihadang oleh Pasukan Polisi Pelajar Pertempuran di bawah pimpinan langsung Djohan Soeparno. Serangan terhadap Belanda dilancarkan pada pagi hari. Pasukan P3 pada dini hari tersebar ke beberapa titik sasaran yang telah ditentukan. Begitupun dengan pasukan P3 yang mempunyai tugas untuk menyerang pojok Benteng wetan bersama-sama dengan pasukan 102 lainya. Pasukan P3 yang bertugas di pojok Benteng Wetan di bawah pimpinan M.A Tari berkekuatan sekitar 1 seksi.
Pada tanggal 1 Maret 1949, tepat pukul 06:00 terdengar suara sirine tanda berakhirnya jam malam. Bersamaan itu pula segera pasukan yang telah lama stelling mengambil posisi untuk bergerak serentak menyerbu kota Yogyakarta dari berbagai penjuru. Begitupun, pasukan M.A Tari mulai melakukan serangan terhadap tangsi tangsi Belanda. Tangsi-tangsi Belanda membalas serangan tersebut. Dikarenakan kekuatan antara Belanda dan Pasukan P3 tidak seimbang semua pasukan ditarik mundur dan diarahkan menuju markas Polisi Pelajar Pertempuran di Banyakan. Pasukan Seksi Kairun dan Supardal yang lansung di bawah pimpinan M.A Tari mengundurkan diri dari daerah Pojok Benteng Wetan setelah pukul 09:00.
Mundur pasukan P3 dari Pojok Benteng Wetan memudahkan pasukan Belanda bergerak menuju Kotagede untuk membantu Pasukan Belanda yang berada di Kotagede. Pasukan belanda yang berada di Kotagede semakin banyak dan mengakibatkan kekuatan P3 melemah. Untuk itu, Insp Pol Tk II Djohan Soeparno pada pukul 12:00 menginstruksikan kepada seluruh pasukan P3 untuk mundur dan kembali ke markasnya di Banyakan. Dalam gerakan mundur pasukan Djohan Soeparno dan M.A Tari secara terus menerus mendapat serangan dari Belanda melalui pesawat udara. Pada akhirnya, pasukan P3 sampai di markas Banyakan pada pukul 13:00 tanpa ada korban dari pasukan P3.

0 komentar:

Posting Komentar